Share |

Kamis, 15 Juli 2010

Mutiara Yang Tersimpan

Dalam kemiskinan harta kusimpan mutiara yang mahal harganya. Tak akan pernah kujual kepada orang lain melainkan hanya sebagai persembahan makna yang ada. Biarlah aku dikatakan kikir, bakhil dan pelit oleh sekalian lisan yang tidak bertanggung jawab dengan ucapannya, asal aku mampu mempersembahkan kebenaran isi hatiku kepadamu seorang.

Saat kutimbang dengan neraca akalku, sungguh tidak kutemukan jumlah berat akhir dari makna yang terpendam. Kutanyakan kepada teman, saudara bahkan tidak malu pula kuhadirkan pertanyaan kepada sang guru tentang perasaan ini, mereka menjawab dengan jawaban yang berbeda yang tidak pernah memberikan kepuasan bagiku.

Akhirnya kutanyakan kepada diriku sendiri, maka tulisan inilah jawabannya. Aku sendiri belum mengetahui dengan jelas, apakah ini jawaban yang benar atau salah, yang ada hanya kepuasaan walau berselimut kekhawatiran yang mendalam.

Tak ada lagi yang mampu aku lakukan selain bertamu ke istana kepresidenan SANG KUASA, membawa sebuah map berisi proposal pengajuan KEPASTIAN walau harus menyisakan kekecewaan. Aku tidak perduli pula dengan sapaan masa yang akan menghampiriku setelah kugoreskan pena hati melalui kalimat yang ada.

Kepadamu kupersembahkan susunan kata dalam kalimat yang kurang sempurna ini, sebab aku tidak lagi memiliki daya dan asa melainkan yang dapat menyelamatkan kehidupan rohku selain perkenanmu menerima permata yang telah kusimpan lama meskipun kau tidak harus memilikinya.


Sudah cukup bagiku, kau menyunggingkan senyum terhadap permata hari kemudian pergi walau tanpa harus kembali. Biarkan permata itu menjadi teman dimana kau menginjakkan kaki, menghembuskan nafas, melambaikan tangan dan menatap sayu sekelilingmu, siapa tahu kelak menjadi payung diterik mentari atau di kala hujan mulai menyapa.

By : Anonim

0 komentar:

Posting Komentar

Old Wood © 2008. Design by :Yanku Templates Sponsored by: Tutorial87 Commentcute